Berdiet
kini sudah menjadi salah satu gaya hidup yang banyak dilakukan oleh
para perempuan urban untuk mendapatkan tubuh yang langsing. Berbagai
program diet, mulai suntik, menahan lapar, minum pil pelangsing, sampai
sedot lemak, sudah mereka lakukan. Tetapi kok, bobot badan tak kunjung
turun dan tubuh menjadi langsing ya?
Kemungkinan besar, pola diet yang Anda pilih kurang tepat. Cara terpopuler yang dilakukan untuk berdiet biasanya menahan rasa lapar, misalnya dengan tidak makan malam. Padahal menurut Juli Triharto, ahli mind slimming, pantang makanan dan menahan lapar adalah cara terburuk untuk diet. "Sebanyak 91 persen orang gagal berdiet dengan cara ini. Menahan lapar justru akan menimbulkan rasa lapar berlebih dan balas dendam untuk makan, sehingga akan menimbulkan rasa bersalah," tukas Juli, dalam acara Precious Weekend with Dewi Sri Spa di The Bridge Aston Rasuna, Kuningan, Jakarta, Sabtu (10/3/2012) lalu.
Ditambahkan Juli, ada tiga hal yang menjadi penyebab utama Anda tak kunjung langsing meski sudah berdiet, antara lain:
1. Faulty programming
Pernah mendengar ungkapan bahwa gemuk itu identik dengan sehat, makmur, dan menggemaskan? Ungkapan ini akan sering terdengar ketika melihat anak kecil yang bertubuh gemuk. Sebaiknya hindari mengucapkan hal ini, terutama pada anak kecil. Karena ketika anak-anak mendengar ungkapan seperti ini, alam bawah sadar mereka akan merekamnya, dan terus melekat dalam otaknya sampai mereka dewasa.
Maka ketika dewasa, alam bawah sadarnya masih memegang kuat ungkapan tersebut. Akibatnya, program pengurangan berat badan akan jauh lebih sulit dilakukan. "Ini adalah sebuah program alam bawah sadar yang keliru. Dan hal ini juga dialami oleh orang dewasa, karena banyak orang yang mengidentikkan kegemukan dengan kesuksesan pekerjaan dan kekayaan seseorang," ungkapnya.
2. Emotional eating
"Mood dengan rasa lapar itu saling berhubungan," ungkap Juli.
Orang cenderung makan bukan karena lapar, namun karena lapar mata. Coba saja, ketika hujan turun dan Anda mendengar suara tukang bakso keliling, secara tiba-tiba Anda pasti merasa ingin menyantapnya untuk menghangatkan diri. Inilah yang dimaksud dengan emotional eating, yaitu suatu kondisi rasa ingin makan karena dipengaruhi mood saat melihat atau mendengar suara tukang bakso.
Dalam lima aturan makan langsing yang dikemukakan Juli, dimana untuk mendapatkan tubuh langsing Anda harus makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, maka emotional eating ini bisa membuat tubuh menjadi lebih besar. Karena, Anda makan tanpa memedulikan waktu atau kondisi perut. Kebiasaan untuk mendapatkan kenyamanan melalui makanan ini juga disebabkan oleh kebiasaan sejak kecil, atau akibat lingkungan sekitar.
"Ketika sedang stres, pasti makanan yang jadi pelarian, karena dianggap bisa membuat rasa nyaman. Orangtua juga membiasakan bayi untuk minum susu atau makanan agar tak menangis," tukasnya. Inilah yang menyebabkan adanya pikiran dan perasaan bahwa makanan bisa memberikan perasaan nyaman saat sedang stres.
3. Obsesive diet
Sampai saat ini terdapat sekitar 25.000 jenis diet dengan metode yang berbeda-beda. Namun, menurut Juli, diet sebenarnya justru melatih seseorang untuk menjadi gemuk kembali. Karena biasanya semakin gemuk tubuh orang, maka dia akan melakukan diet ekstra ketat untuk menurunkan berat badannya. Akibatnya, setelah kurus ia akan balas dendam untuk menyantap semua makanan yang selama ini dihindarinya.
Diet ekstra ketat ini juga akan membuat daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit. Ketika terserang penyakit, Anda malah diwajibkan untuk makan aneka makanan yang bergizi, yang mungkin saja bisa menaikkan berat badan Anda lagi.
Kemungkinan besar, pola diet yang Anda pilih kurang tepat. Cara terpopuler yang dilakukan untuk berdiet biasanya menahan rasa lapar, misalnya dengan tidak makan malam. Padahal menurut Juli Triharto, ahli mind slimming, pantang makanan dan menahan lapar adalah cara terburuk untuk diet. "Sebanyak 91 persen orang gagal berdiet dengan cara ini. Menahan lapar justru akan menimbulkan rasa lapar berlebih dan balas dendam untuk makan, sehingga akan menimbulkan rasa bersalah," tukas Juli, dalam acara Precious Weekend with Dewi Sri Spa di The Bridge Aston Rasuna, Kuningan, Jakarta, Sabtu (10/3/2012) lalu.
Ditambahkan Juli, ada tiga hal yang menjadi penyebab utama Anda tak kunjung langsing meski sudah berdiet, antara lain:
1. Faulty programming
Pernah mendengar ungkapan bahwa gemuk itu identik dengan sehat, makmur, dan menggemaskan? Ungkapan ini akan sering terdengar ketika melihat anak kecil yang bertubuh gemuk. Sebaiknya hindari mengucapkan hal ini, terutama pada anak kecil. Karena ketika anak-anak mendengar ungkapan seperti ini, alam bawah sadar mereka akan merekamnya, dan terus melekat dalam otaknya sampai mereka dewasa.
Maka ketika dewasa, alam bawah sadarnya masih memegang kuat ungkapan tersebut. Akibatnya, program pengurangan berat badan akan jauh lebih sulit dilakukan. "Ini adalah sebuah program alam bawah sadar yang keliru. Dan hal ini juga dialami oleh orang dewasa, karena banyak orang yang mengidentikkan kegemukan dengan kesuksesan pekerjaan dan kekayaan seseorang," ungkapnya.
2. Emotional eating
"Mood dengan rasa lapar itu saling berhubungan," ungkap Juli.
Orang cenderung makan bukan karena lapar, namun karena lapar mata. Coba saja, ketika hujan turun dan Anda mendengar suara tukang bakso keliling, secara tiba-tiba Anda pasti merasa ingin menyantapnya untuk menghangatkan diri. Inilah yang dimaksud dengan emotional eating, yaitu suatu kondisi rasa ingin makan karena dipengaruhi mood saat melihat atau mendengar suara tukang bakso.
Dalam lima aturan makan langsing yang dikemukakan Juli, dimana untuk mendapatkan tubuh langsing Anda harus makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang, maka emotional eating ini bisa membuat tubuh menjadi lebih besar. Karena, Anda makan tanpa memedulikan waktu atau kondisi perut. Kebiasaan untuk mendapatkan kenyamanan melalui makanan ini juga disebabkan oleh kebiasaan sejak kecil, atau akibat lingkungan sekitar.
"Ketika sedang stres, pasti makanan yang jadi pelarian, karena dianggap bisa membuat rasa nyaman. Orangtua juga membiasakan bayi untuk minum susu atau makanan agar tak menangis," tukasnya. Inilah yang menyebabkan adanya pikiran dan perasaan bahwa makanan bisa memberikan perasaan nyaman saat sedang stres.
3. Obsesive diet
Sampai saat ini terdapat sekitar 25.000 jenis diet dengan metode yang berbeda-beda. Namun, menurut Juli, diet sebenarnya justru melatih seseorang untuk menjadi gemuk kembali. Karena biasanya semakin gemuk tubuh orang, maka dia akan melakukan diet ekstra ketat untuk menurunkan berat badannya. Akibatnya, setelah kurus ia akan balas dendam untuk menyantap semua makanan yang selama ini dihindarinya.
Diet ekstra ketat ini juga akan membuat daya tahan tubuh menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit. Ketika terserang penyakit, Anda malah diwajibkan untuk makan aneka makanan yang bergizi, yang mungkin saja bisa menaikkan berat badan Anda lagi.
0 komentar:
Post a Comment